Di sebuah hutan yang rimbun dan hijau, terdapat berbagai jenis burung yang hidup berdampingan. Di antara mereka, ada dua burung yang sangat berbeda satu sama lain: seekor burung merak dengan bulu-bulu indah penuh warna, dan seekor burung gagak dengan bulu hitam pekat.
Si Merak, yang bernama Rava, selalu dikelilingi oleh burung-burung lain yang mengagumi keindahan bulunya. Setiap kali ia membentangkan ekornya yang berwarna-warni, semua mata akan tertuju padanya. Rava sangat menyukai perhatian ini dan sering menghabiskan waktunya berjalan-jalan di sekitar hutan, memamerkan keindahannya.
“Lihatlah betapa indahnya aku,” kata Rava suatu hari. “Tidak ada burung lain di hutan ini yang dapat menandingi keindahanku.”
Sementara itu, ada burung gagak bernama Karu yang hidup di pohon tua di pinggir hutan. Karu memiliki bulu hitam yang sederhana, namun ia dikenal karena kecerdasannya yang luar biasa. Ia sering membantu hewan-hewan lain dengan ide-ide cerdiknya untuk menyelesaikan masalah.
Suatu hari, Rava berjalan melewati pohon tempat Karu tinggal dan melihat gagak hitam itu sedang membantu seekor kelinci yang terperangkap dalam jaring pemburu.
“Apa yang bisa dilakukan oleh burung dengan penampilan sesederhana dirimu?” ejek Rava. “Mungkin sebaiknya kau bersembunyi saja di tempat yang gelap agar tidak ada yang melihat betapa membosankannya penampilanmu.”
Karu hanya tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya membantu kelinci. Ia menggigit tali-tali jaring dengan paruhnya yang kuat hingga kelinci itu bisa bebas. Kelinci tersebut berterima kasih dengan tulus kepada Karu sebelum melompat pergi.
“Terima kasih, Karu! Kau telah menyelamatkan hidupku!” seru si Kelinci.
Rava hanya mencibir dan pergi, melanjutkan kegiatan pamernya di sekitar hutan.
Beberapa hari kemudian, badai besar melanda hutan. Angin kencang menggoyangkan pohon-pohon, dan hujan deras membasahi tanah. Semua hewan berlindung di tempat yang aman. Rava mencoba berteduh di bawah pohon besar, tetapi bulunya yang indah dan panjang basah kuyup dan berat, membuatnya sulit bergerak.
Tiba-tiba, Rava mendengar suara gemerisik di semak-semak di dekatnya. Ternyata itu adalah segerombolan pemburu yang sedang mencari hewan untuk ditangkap. Rava ingin berlari, tetapi bulunya yang basah dan berat membuatnya tidak bisa bergerak cepat.
“Tolong! Ada yang bisa membantu?” seru Rava ketakutan.
Dari atas pohon, Karu mendengar teriakan Rava. Tanpa berpikir panjang, ia terbang menuju pemburu dan mulai mengelilingi kepala mereka, membuat suara yang keras dan mengganggu.
“Aak! Aak! Aak!” Karu berkaok dengan keras, terbang rendah dan mengalihkan perhatian para pemburu.
“Apa itu? Burung gagak!” kata salah satu pemburu, berusaha mengusir Karu.
Sementara pemburu sibuk dengan Karu, gagak itu terbang menuju ke arah yang berlawanan dari tempat Rava bersembunyi, memancing para pemburu untuk mengikutinya. Setelah pemburu pergi cukup jauh, Karu terbang kembali dengan cepat untuk menemui Rava.
“Mereka sudah pergi. Kau aman sekarang,” kata Karu.
Rava menatap Karu dengan takjub. “Mengapa kau menolongku? Aku telah mengejekmu dan bersikap tidak baik padamu.”
Karu menjawab dengan bijak, “Dalam hidup, yang terpenting bukanlah bagaimana kita terlihat dari luar, tetapi apa yang ada di dalam diri kita. Keindahan sejati berasal dari kebaikan dan kebijaksanaan.”
Rava merasa malu akan sikapnya selama ini. “Aku telah belajar pelajaran berharga darimu, Karu. Keindahan buluku tidak ada artinya jika aku tidak memiliki keindahan hati. Terima kasih telah menyelamatkanku. Maukah kau menjadi temanku?”
Karu mengangguk dan berkata, “Tentu saja. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang penting adalah kita saling melengkapi dan membantu.”
Sejak saat itu, Rava dan Karu menjadi teman baik. Rava belajar untuk tidak sombong dan mulai menggunakan keindahannya untuk kebaikan, seperti menghibur anak-anak hewan yang sedih. Sementara Karu terus menggunakan kecerdasannya untuk membantu penghuni hutan lainnya.
Berita tentang persahabatan antara Rava dan Karu menyebar ke seluruh hutan. Mereka mengajarkan pada semua hewan bahwa keindahan sejati datang dalam berbagai bentuk, dan yang terpenting adalah keindahan hati dan kebaikan terhadap sesama.
Dari kisah Rava dan Karu, kita belajar bahwa penampilan luar tidaklah sepenting karakter dan kebaikan hati. Kecerdasan, keberanian, dan kebaikan jauh lebih berharga daripada penampilan fisik yang indah. Seperti Karu yang tidak menonjol secara fisik tetapi memiliki hati yang baik dan otak yang cerdas, kita juga harus menghargai kualitas dalam diri orang lain yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama.